-
22 Agustus 2025 9:21 am

Ternyata bayar utang besar cicilan di awal itu ngga selalu jelek lho!

Ternyata bayar utang besar cicilan di awal itu ngga selalu jelek lho!
by Tim Akademi Keuangan

Kalau dengar ada orang yang langsung ngebayar cicilan utang besar di awal, banyak orang langsung bilang: “Wah, itu bodoh banget, harusnya uangnya diputar buat investasi atau dipakai hal lain.” Padahal kenyataannya nggak sesederhana itu. Membayar cicilan besar di awal memang bikin cash flow bulanan agak longgar, tapi di sisi lain kamu juga bisa menghemat beban bunga yang lumayan signifikan. Jadi jangan buru-buru nge-judge, karena dalam kondisi tertentu, strategi bayar lebih dulu justru bisa jadi senjata finansial yang bikin hidup kamu lebih tenang dan bebas tekanan.

Tapi sebelum kita membahas strategi, mari kita bedah dulu kenapa topik cicilan ini selalu jadi dilema besar bagi banyak orang.

Masalah pertama adalah banyak orang nggak paham cara kerja bunga utang, khususnya kredit bank atau KPR. Mereka hanya lihat nominal cicilan bulanan yang “tetap,” padahal di balik itu, komposisi bunga dan pokok berbeda di setiap periode. Di awal masa pinjaman, sebagian besar cicilan yang kamu bayar sebenarnya masuk ke bunga, bukan pokok. Artinya, kalau kamu bayar lebih besar di awal, otomatis kamu memotong bunga yang harus kamu bayar di tahun-tahun berikutnya.

Masalah kedua, sebagian orang merasa rugi kalau “uang besar” dipakai buat nyicil lebih cepat. Mereka berpikir uang itu lebih baik dipakai untuk modal usaha atau investasi yang katanya bisa menghasilkan return lebih tinggi. Tapi kenyataannya, nggak semua orang punya skill bisnis atau mental kuat untuk menghadapi risiko. Buat sebagian orang, rasa tenang karena cicilan berkurang jauh lebih berharga dibanding return yang belum pasti dari investasi.

Masalah ketiga, ada stigma sosial bahwa melunasi cicilan di awal itu tanda kamu nggak ngerti “ilmu leverage.” Banyak influencer keuangan bilang kalau utang bisa jadi “alat” untuk membesarkan aset. Memang benar, tapi hanya berlaku untuk orang yang punya cash flow stabil dan sistem kontrol yang ketat. Kalau kamu asal comot teori leverage tapi nggak punya kontrol, hasilnya malah jebakan.

Masalah keempat, orang sering lupa bahwa kondisi keuangan tiap orang beda. Ada yang punya bisnis berisiko tinggi, ada yang gajinya tetap bulanan, ada yang baru mulai merintis. Jadi, keputusan melunasi cicilan di awal atau tidak seharusnya nggak dilihat sebagai benar atau salah mutlak, tapi lebih ke strategi sesuai konteks hidup masing-masing.

Sekarang, yuk kita kupas lebih kritis: kapan bayar utang besar di awal bisa jadi strategi cerdas, dan kapan justru malah bikin kamu kehilangan peluang.

Pertama, kalau bunga pinjaman kamu tinggi (misalnya KTA atau kartu kredit), melunasi lebih cepat hampir selalu menguntungkan. Bayar lebih banyak di awal bisa memangkas total bunga yang harus kamu bayar dalam jangka panjang. Ini ibarat kamu langsung nutup keran air bocor sebelum ember kamu kebanjiran.

Kedua, kalau kamu tipe orang yang gampang stres mikirin utang, bayar cicilan lebih besar di awal bisa jadi terapi mental. Rasa tenang itu ada nilainya sendiri. Bahkan banyak riset perilaku finansial menunjukkan bahwa kebebasan dari beban utang meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas hidup. Jadi meski secara matematis nggak selalu optimal, secara psikologis bisa jadi pilihan terbaik.

Ketiga, strategi bayar lebih di awal cocok buat kamu yang punya pemasukan tidak tetap. Misalnya, kamu baru dapat bonus besar atau keuntungan bisnis musiman. Dengan mengalokasikan sebagian besar ke cicilan, kamu mengurangi risiko gagal bayar di bulan-bulan berikutnya ketika pemasukan lagi seret.

Keempat, jangan sampai strategi bayar utang di depan bikin kamu kehabisan likuiditas. Kalau kamu buang semua dana tunai untuk cicilan tapi nggak punya dana darurat, kamu justru bikin masalah baru. Jadi aturan mainnya: bayar lebih boleh, tapi tetap sisakan bantalan keuangan minimal 3–6 bulan pemasukan total kalian.

Kelima, perhatikan juga jenis pinjamannya. Kalau ada penalti atau biaya tambahan untuk pelunasan awal, hitung dulu apakah hemat bunga lebih besar daripada denda tersebut. Banyak orang salah perhitungan, merasa sudah “pintar” melunasi, padahal total biaya akhirnya sama aja. Jadi cek perjanjian kredit kamu sebelum ambil keputusan.

Keenam, kombinasi strategi bisa jadi solusi terbaik. Misalnya, alokasikan 50% dana ekstra untuk bayar cicilan lebih cepat, dan 50% untuk investasi di reksa dana pasar uang (cek dulu profil risiko sebelum ambil keputusan investasi, dan pelajari dulu!). Dengan begitu, kamu tetap mengurangi beban bunga sambil punya tabungan likuid. Strategi hybrid ini membuat kamu lebih fleksibel menghadapi kondisi mendadak.

Jadi, intinya bukan soal benar atau salah, tapi soal bagaimana kamu mengatur prioritas sesuai situasi dan tujuan hidupmu.

Melunasi cicilan besar di awal memang sering dipandang sebelah mata, tapi sebenarnya bisa jadi langkah cerdas kalau dilakukan dengan perhitungan matang. Kuncinya ada pada memahami bunga, menakar kemampuan cash flow, dan menyesuaikan dengan profil risiko pribadi. Kalau kamu tipe yang lebih menghargai rasa tenang daripada mengejar return tinggi, strategi ini sah-sah saja dan bahkan bisa jadi langkah terbaik.

Aksi nyatanya: minggu ini, coba hitung total bunga yang masih tersisa di utangmu. Lihat simulasi jika kamu membayar ekstra Rp1 juta atau Rp5 juta di bulan depan. Bandingkan dengan potensi keuntungan kalau uang itu kamu investasikan di tempat lain. Dari situ, ambil keputusan sesuai angka dan sesuai hatimu. Jangan ikut-ikutan orang lain, karena kondisi keuangan setiap orang berbeda. Lebih penting mana, gengsi or selamat keuangan? Pilihan di tangan kamu.

Disclaimer: Not Your Financial Advice. Do Your Own Research.
Artikel Lainnya yang Mungkin Menarik
Social Media
Alamat
081511111616
akademikeuangan.id@gmail.com
Berita Newsletter
`Berlangganan
-
@2025 Akademi Keuangan Inc.