-
1 Oktober 2025 12:19 pm

Bercermin Kasus Tasya Farasya: Suami Istri Bisnis Gak Jaminan Aman! Ini dia 3 hal yang wajib Anda lakukan biar bisnis tetap kokoh!

Bercermin Kasus Tasya Farasya: Suami Istri Bisnis Gak Jaminan Aman! Ini dia 3 hal yang wajib Anda lakukan biar bisnis tetap kokoh!
by Tim Akademi Keuangan
Disclaimer: Not Your Financial Advice. Do Your Own Research.

Nama Tasya Farasya mungkin identik dengan dunia kecantikan dan influencer, tapi ketika masalah rumah tangga bertemu dengan bisnis, kita semua jadi belajar sesuatu yang jauh lebih serius: bisnis keluarga, apalagi antara suami-istri, gak otomatis aman. Banyak pasangan mengira “kalau bisnis sama pasangan pasti lebih gampang, lebih percaya,” padahal kepercayaan pribadi tidak selalu bisa menutupi celah profesional. Konflik rumah tangga bisa merembet ke laporan keuangan, strategi bisnis bisa tercampur dengan ego pribadi, dan ujungnya usaha yang dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam sekejap. Kasus publik seperti ini jadi pengingat keras buat kita semua: kalau mau bisnis tetap kokoh, cinta saja gak cukup — perlu sistem, aturan, dan proteksi yang jelas.

Nah, dari cerita itu kita belajar bahwa fenomena ini gak cuma dialami selebriti atau influencer. Pengusaha kecil dan menengah juga sering jatuh di lubang yang sama: terlalu percaya pada chemistry pasangan tanpa menyiapkan struktur bisnis yang sehat. Jadi, mari kita bahas lebih dalam apa masalah utama kalau suami-istri berbisnis tanpa pagar pengaman finansial.

Masalah pertama adalah pencampuran antara peran pribadi dan peran profesional. Suami-istri yang berbisnis sering kali tidak punya batas jelas kapan mereka bertindak sebagai pasangan dan kapan mereka bertindak sebagai partner bisnis. Hasilnya, keputusan penting yang seharusnya didasari data dan analisis sering malah diwarnai emosi. Misalnya, satu pihak ingin ekspansi besar-besaran karena merasa “harus optimis,” sementara pihak lain ingin menahan modal karena kondisi keuangan belum siap. Ketika diskusi berubah jadi pertengkaran pribadi, bisnis ikut goyah.

Masalah kedua, kurangnya transparansi keuangan. Banyak pasangan merasa “toh ini uang kita berdua,” sehingga tidak pernah membuat laporan keuangan formal. Padahal, data BPS tahun 2023 menunjukkan lebih dari 60% UMKM di Indonesia gagal berkembang karena tidak memiliki pencatatan keuangan yang teratur. Akibatnya, tidak ada yang tahu persis berapa modal yang keluar, siapa yang mengelola, dan bagaimana pembagian keuntungan. Situasi ini rawan menciptakan kecurigaan dan ketidakadilan ketika bisnis menghadapi masalah serius.

Masalah ketiga adalah risiko hukum dan warisan. Kalau bisnis dijalankan atas nama salah satu pasangan tanpa ada perjanjian yang jelas, maka ketika terjadi perceraian atau kematian, status kepemilikan bisa kacau. Banyak kasus harta gono-gini di pengadilan yang berujung panjang hanya karena bisnis keluarga tidak memiliki struktur hukum formal. Dalam kasus publik seperti Tasya Farasya, jelas terlihat bagaimana urusan rumah tangga bisa menyeret nama baik bisnis, bahkan menimbulkan ketidakpastian terhadap aset yang sudah dibangun.

Kalau begitu, apa yang harus dilakukan pengusaha yang membangun bisnis bersama pasangan? Jangan buru-buru menyerah dengan anggapan “berbisnis sama pasangan pasti berantakan.” Justru kalau dikelola dengan benar, kolaborasi ini bisa jadi aset luar biasa. Kuncinya ada di strategi praktis yang menjaga bisnis tetap berdiri kokoh meskipun badai rumah tangga datang.

Strategi pertama: buat perjanjian bisnis yang jelas. Meskipun terdengar kaku, suami-istri yang membangun usaha sebaiknya punya perjanjian tertulis soal kepemilikan saham, pembagian keuntungan, dan peran masing-masing. Tidak harus serumit korporasi besar, tapi minimal ada hitam di atas putih. Ini bukan tanda ketidakpercayaan, tapi tanda keseriusan untuk menjaga bisnis tetap sehat. Ingat, cinta mungkin buta, tapi kontrak selalu jelas.

Strategi kedua: pisahkan keuangan rumah tangga dengan keuangan usaha. Jangan sampai keuntungan bisnis dipakai langsung untuk bayar listrik rumah atau cicilan mobil pribadi tanpa pencatatan. Buatlah gaji rutin untuk masing-masing yang diambil dari bisnis, sama seperti karyawan biasa. Dengan begitu, kamu tetap bisa mengatur kebutuhan keluarga, sementara bisnis punya modal kerja yang jelas. Data OJK menunjukkan bahwa UMKM yang memisahkan rekening usaha memiliki peluang 2x lipat lebih besar bertahan di tahun ketiga dibanding yang mencampur uangnya.

Strategi ketiga: siapkan exit plan. Ini terdengar ekstrem, tapi sangat penting. Exit plan artinya menyiapkan skenario jika suatu hari bisnis harus dijual, diwariskan, atau dipisahkan kepemilikannya. Dengan begitu, kalau terjadi perceraian atau hal yang tidak diinginkan, bisnis tetap bisa berjalan tanpa drama berlarut-larut. Exit plan ini bisa berupa akta notaris, perjanjian pranikah terkait harta usaha, atau bahkan struktur holding company. Intinya, bisnis tidak boleh ikut karam hanya karena rumah tangga sedang goyang.

Teori dan strategi memang terdengar rapi, tapi semua itu tidak ada gunanya kalau tidak ada langkah nyata. Nah, berikut adalah tiga aksi konkret yang bisa langsung kamu lakukan bersama pasangan hari ini untuk memastikan bisnis tetap aman.

Aksi pertama, jadwalkan rapat bisnis formal setiap minggu. Jangan campur aduk dengan obrolan rumah tangga. Pisahkan momen makan malam keluarga dari momen evaluasi laporan keuangan. Dengan adanya ruang khusus, kamu dan pasangan bisa lebih objektif, dan konflik pribadi tidak gampang masuk ke ranah profesional.

Aksi kedua, datang ke konsultan hukum atau keuangan untuk membuat dokumen dasar usaha. Mungkin biayanya terasa mahal di awal, tapi anggaplah ini sebagai asuransi jangka panjang. Lebih baik keluar biaya sedikit sekarang daripada kehilangan seluruh bisnis di kemudian hari karena salah struktur. Dengan dokumen yang rapi, kamu bisa tidur lebih tenang, dan pasanganmu juga merasa lebih aman.

Dan setelah aksi nyata dilakukan, pertanyaan terakhir yang tersisa adalah: apakah bisnis bersama pasangan bisa benar-benar aman? Jawabannya: bisa, selama kamu tidak menutup mata pada risiko dan berani menghadapi realitas dengan struktur yang matang.

Kasus Tasya Farasya jadi pengingat bagi kita semua bahwa cinta, kepercayaan, dan kerja keras saja tidak cukup untuk menjaga bisnis tetap kokoh. Bisnis butuh pagar hukum, aturan finansial, dan kesepakatan yang jelas. Suami-istri bisa jadi partner bisnis terbaik, tapi hanya kalau mereka mau disiplin dan profesional. Jadi, jangan tunggu badai datang. Siapkan perahu bisnis kamu dengan sistem hari ini juga, agar besok tetap bisa berlayar meskipun ombak rumah tangga menghantam.
Artikel Lainnya yang Mungkin Menarik
Social Media
Alamat
081511111616
akademikeuangan.id@gmail.com
Berita Newsletter
`Berlangganan
-
@2025 Akademi Keuangan Inc.