
by Tim Akademi Keuangan
Coba jujur: kamu udah jalanin bisnis beberapa bulan, tapi masih sering ngerasa bingung setiap kali ditanya, “untung berapa bulan ini?” atau “gaji kamu sendiri udah diambil berapa dari bisnis?” Kalau kamu jawabnya “belum dihitung sih,” maka kamu gak sendirian. Banyak pengusaha di Indonesia sibuk banget urus operasional sampai lupa satu hal penting: ngurus keuangan usaha dengan benar. Padahal, bisnis yang hebat bukan cuma soal jualan laris, tapi soal bisa ngelola uangnya dengan disiplin. Tanpa kontrol keuangan, kamu kayak punya kapal besar tapi gak tahu arah kompas — cepat atau lambat bisa tenggelam. Maka sebelum kamu berpikir tentang ekspansi, iklan, atau buka cabang, pastikan dulu: kamu udah beres sama 10 checklist keuangan ini?
Banyak pemilik usaha kecil hingga menengah terlalu fokus pada growth tanpa menyadari bahwa akar masalah sering kali bukan di penjualan, tapi di ketidakteraturan keuangan internal. Mereka percaya selama omzet jalan, bisnis pasti sehat. Sayangnya, logika ini sering menyesatkan. Omzet besar belum tentu untung besar, apalagi cash flow lancar. Kalau gak tahu angka-angkanya, kamu bisa jualan ratusan juta tapi tetap ngutang sana-sini buat gaji karyawan.
Kesalahan fatal lain adalah tidak punya data real-time. Banyak pengusaha ngandalin ingatan atau feeling buat tau berapa pengeluaran dan pemasukan bisnis mereka. Hal ini bikin pengambilan keputusan jadi spekulatif, bukan strategis. Misalnya, kamu mikir bisa beli motor operasional karena ngerasa bisnis lagi rame, padahal nyatanya bulan ini cash flow kamu minus. Tanpa data, kamu bukan CEO — kamu penjudi. Dan penjudi dalam bisnis biasanya kalah di tengah jalan.
Masalah makin besar kalau kamu udah punya tim. Ketika kamu gak punya sistem dan struktur keuangan yang jelas, transparansi hilang dan kepercayaan ikut luntur. Karyawan gak tahu kapan gajian, kamu gak tahu siapa yang belanja berapa, dan semuanya jadi serba “katanya” dan “harusnya.” Ini sering banget jadi penyebab konflik internal di bisnis keluarga atau UMKM, yang akhirnya bikin bisnis pecah sebelum berkembang.
Menurut laporan BPS dan Bank Indonesia, salah satu penyebab utama kegagalan UMKM di Indonesia adalah kurangnya literasi keuangan dan perencanaan finansial. Bahkan, survei Kemenkop tahun 2023 menyebutkan bahwa lebih dari 60% pelaku usaha belum punya laporan keuangan dasar. Ini bukan masalah alat, tapi mindset dan kebiasaan. Dan berita baiknya, semua itu bisa dimulai hari ini — asal kamu tahu checklist apa yang harus dicek. Yuk kita langsung aja cek 10 hal yang perlu kita awasi:
1. Pisahkan Rekening Pribadi & Bisnis
Ini pondasi utama. Kalau kamu masih campur antara uang pribadi dan uang usaha, kamu sedang menggali lubang. Segera buka rekening bank khusus usaha, meskipun atas nama pribadi dulu. Semua transaksi bisnis masuk dan keluar lewat rekening itu. Dari sana, kamu “gaji” diri kamu sendiri. Simple, tapi efeknya besar: kamu mulai bisa track kesehatan keuangan bisnis secara objektif.
2. Catat Semua Arus Kas (Cash Flow)
Jangan percaya memori. Catat setiap pemasukan dan pengeluaran, sekecil apa pun. Mau itu beli bolpen Rp5.000 atau transfer ke supplier Rp5 juta — semua wajib masuk. Pakai buku, spreadsheet, atau aplikasi gratisan kayak BukuWarung. Tanpa ini, kamu buta arah. Dan saat ada masalah, kamu gak tahu di mana lubangnya.
3. Tentukan Gaji untuk Diri Sendiri
Banyak pengusaha yang lupa ambil gaji, lalu merasa “nggak kaya-kaya padahal punya bisnis.” Atau malah ambil uang sesuka hati dari kas usaha. Dua-duanya salah. Tentukan gaji tetap untuk diri sendiri agar kamu bisa menghitung overhead bisnis dengan jelas. Ambil gaji terlalu besar, bisnis megap-megap. Ambil terlalu kecil, kamu pribadi stres. Harus pas.
4. Hitung dan Pantau Laba Rutin
Omzet itu bukan untung. Laba bersih = pemasukan – semua biaya (termasuk gaji kamu). Lakukan evaluasi per minggu dan per bulan. Jika bisnis kamu gak pernah untung bersih selama 6 bulan, artinya ada yang salah: harga terlalu murah, biaya terlalu boros, atau operasional gak efisien. Laba bukan kebetulan — dia hasil manajemen.
5. Siapkan Dana Darurat Bisnis
Sama kayak keuangan pribadi, bisnis juga butuh safety net. Idealnya, kamu punya minimal 3 bulan biaya operasional sebagai cadangan. Jadi kalau ada order batal, alat rusak, atau musibah datang, bisnis gak langsung mati. Simpan dana ini di rekening terpisah. Jangan dicampur dengan kas operasional harian. Angka yang bagus minimal 20% dari total aset kepemilikan.
6. Punya Sistem & Laporan Rutin
Checklist terakhir dan paling penting: sistem. Tanpa sistem, semua niat baikmu akan gagal di tengah jalan. Tetapkan SOP pencatatan, pelaporan mingguan, dan review bulanan. Bisa kamu kerjakan sendiri atau dibantu staf. Intinya: semua kebiasaan baik tadi harus dijaga dengan sistem. Disiplin kecil hari ini = keberlanjutan usaha besok.
7. Pantau Piutang & Hutang dengan Jelas
Seringkali pengusaha merasa punya banyak pemasukan padahal itu cuma piutang — uang yang belum dibayar. Kalau kamu gak punya sistem untuk mencatat siapa yang utang ke kamu dan kapan mereka harus bayar, ya siap-siap aja cash flow seret meski invoice kamu banyak. Begitu juga sebaliknya: kalau kamu punya utang ke supplier, pastikan kamu tahu jatuh temponya dan jangan sampai telat. Piutang yang gak tertagih dan utang yang numpuk itu ibarat dua bom waktu dalam usaha kamu.
8. Pahami Pajak yang Berlaku untuk Bisnismu
Banyak pengusaha kaget waktu tahu mereka harus bayar pajak, lalu bingung karena selama ini gak pernah nyiapin. Padahal, dengan memahami jenis pajak yang berlaku — entah itu PPh Final 0,5% untuk UMKM, PPN kalau omzet sudah tembus, atau PPh 21 untuk karyawan — kamu bisa lebih siap dan tidak kena denda. Jangan tunggu ditegur DJP dulu baru repot. Pajak itu bisa diprediksi dan dikelola, asal kamu ngerti dan nyatet dengan rapi.
9. Sisihkan Dana untuk Investasi Usaha
Jangan cuma fokus bertahan hidup. Bisnis juga butuh tumbuh. Sisihkan sebagian laba untuk investasi ulang: entah itu beli alat baru, tambah stok, atau upgrade sistem. Kalau semua laba langsung diambil buat kebutuhan pribadi, usahamu stuck di situ-situ aja. Ingat, growth butuh bensin — dan bensin itu adalah laba yang kamu putar lagi ke bisnis.
10. Buat Rencana Keuangan Jangka Panjang
Bisnismu bukan cuma soal hari ini. Apa kamu udah mikir 3 tahun ke depan mau seperti apa? Punya target omzet? Mau buka cabang? Atau mau jual bisnis? Semua itu butuh rencana keuangan yang jelas. Minimal, kamu punya proyeksi pengeluaran dan pemasukan tahunan. Bisa sederhana aja dulu, tapi yang penting kamu punya arah. Karena tanpa peta, bahkan kapal terbaik pun akan tersesat.
Mengatur keuangan usaha bukan pekerjaan sekali jalan. Ini bukan proyek seminggu, tapi kebiasaan seumur hidup. Dan sepuluh hal yang kita bahas di atas bukan sekadar teori — ini pondasi kalau kamu serius mau bisnis kamu bertahan. Bukan cuma bertahan hidup, tapi juga tumbuh, berkembang, dan suatu hari nanti bisa diwariskan. Jadi mulai sekarang, jangan tunggu masalah datang baru mikir soal uang. Kelola keuangan dari sekarang sebelum keuangan yang mengelola kamu.
Langkah nyatanya? Ambil satu jam hari ini, duduk, dan buat ceklis pribadi: dari 10 hal tadi, mana yang sudah kamu jalankan, mana yang belum? Fokus dulu ke tiga terpenting: pisahkan rekening, catat cash flow, dan tentukan gaji pribadi. Lalu perlahan tambahkan sisanya. Simpan daftar ini di dinding toko, dompet, atau wallpaper HP kamu. Biar kamu ingat: bisnis yang kuat dibangun dari angka yang jujur, bukan dari mimpi yang kabur.
Disclaimer: Not Your Financial Advice. Do Your Own Research.